Home / Berita / Artikel / Kekuatan Sejati Bukan Menguasai, Melainkan Mengayomi Sebuah Kritik untuk Negeri Ini. 

Kekuatan Sejati Bukan Menguasai, Melainkan Mengayomi Sebuah Kritik untuk Negeri Ini. 

Oleh : Cecep Anang Hardian

Di negeri yang katanya menjunjung tinggi demokrasi, kekuasaan justru sering menjadi alat untuk membungkam, bukan mengayomi. Padahal,

kekuatan sejati bukan tentang siapa yang mampu mengendalikan sistem, melainkan siapa yang mampu menyejukkan dan melindungi rakyatnya.

Namun kenyataannya hari ini berbeda jauh. Kita hidup dalam situasi di mana banyak pemimpin, dari tingkat pusat hingga daerah, lebih sibuk membangun citra daripada membangun nurani. Mereka menganggap kekuasaan sebagai panggung, bukan sebagai amanah.

Kekuasaan Dipertahankan, Rakyat Ditinggalkan.

Mari lihat bagaimana kebijakan dibuat. Banyak keputusan yang diambil bukan untuk menyejahterakan rakyat, tetapi untuk memperkuat posisi politik segelintir orang. UU disusun kilat, tapi jeritan rakyat diabaikan.Kekuatan digunakan untuk memperkuat dominasi, bukan untuk mengangkat yang lemah.

Media dikendalikan, kritik dibungkam, dan suara-suara yang berbeda dianggap ancaman. Padahal, seorang pemimpin sejati tidak takut dikritik. Ia tahu, suara berbeda bukan gangguan—itu justru bagian dari cinta rakyat terhadap bangsanya.

Ketika Pemimpin Menjadi Penguasa

Ada perbedaan besar antara pemimpin dan penguasa. Pemimpin mengayomi, penguasa menguasai. Sayangnya, negeri ini makin kekurangan pemimpin. Yang kita miliki banyak adalah penguasayang merasa paling benar, menolak disalahkan, dan menyebut oposisi sebagai pengganggu.

Lihat bagaimana hukum kerap tumpul ke atas, tajam ke bawah. Para pejabat yang jelas-jelas merugikan negara bisa lolos, tetapi rakyat kecil yang bersuara keras justru dibungkam. Ini bukan kekuatan, ini penindasan.

Negeri Ini Butuh Pengayom, Bukan Penguasa yang Rakus.

Kita tidak butuh pemimpin yang lihai membuat janji. Kita butuh pengayom mereka yang turun ke bawah bukan hanya saat kampanye, tetapi hadir saat rakyat butuh sandaran.

Kita butuh pemimpin yang menganggap perbedaan sebagai kekayaan, bukan sebagai musuh. Yang tidak takut kehilangan jabatan demi kebenaran, bukan mereka yang merusak sistem demi kekuasaan abadi.

Waktunya Kita Bangkit

Kekuatan sejati bukan tentang memegang kekuasaan selama mungkin, tapi tentang menciptakan rasa aman dan keadilan selama kekuasaan itu dipegang. Negeri ini tidak akan maju jika diisi oleh mereka yang hanya ingin menguasai, bukan mengayomi.

Jika pemimpin takut kehilangan kekuasaan, itu tanda ia sudah kehilangan kompas moralnya.

Dan jika rakyat terus diam, maka kekuasaan akan terus menjadi alat untuk menindas, bukan untuk membangun.

Waktunya kita membuka mata: negeri ini butuh keberanian untuk berkata cukup cukup pemimpin palsu, cukup kekuasaan tanpa empati. Kita butuh kekuatan yang berpihak, bukan membungkam. Kita butuh kekuatan yang mengayomi, bukan menguasai.

( Red )

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *