Oleh : Cecep Anang Hardian
Di negeri yang seharusnya dibangun untuk rakyat, malah tumbuh kerajaan tikus berdasi. Anggota dewan dan pejabat pemerintah daerah bukan lagi pelayan masyarakat, melainkan penguasa yang sibuk menguras kantong publik. Proyek mangkrak, anggaran membengkak, kebijakan dibuat setengah hati semua demi mengisi kantong pribadi, bukan kesejahteraan rakyat.
Dewan yang seharusnya menjadi pengawas, justru menjadi sekutu para pejabat korup. Rapat-rapat dan keputusan penting dijadikan panggung untuk negoisasi tersembunyi, sementara publik hanya bisa menonton tanpa suara. Transparansi hanyalah jargon kosong; laporan keuangan menjadi selimut untuk menutupi kebobrokan.
Pemerintah daerah? Mereka tak kalah lihai. Gedung megah berdiri, proyek spektakuler diumumkan, tapi realitasnya infrastruktur terbengkalai, pelayanan publik lambat, dan rakyat kian kehilangan kepercayaan. Anggaran yang seharusnya untuk kesehatan, pendidikan, atau pembangunan desa, sering hilang di jalan tikus para pejabat.
Namun, negeri ini belum kehilangan harapan. Kritik yang tajam, sorotan media, dan partisipasi warga bisa mengguncang sarang tikus yang nyaman ini. Jika rakyat bersatu menuntut akuntabilitas, tidak ada tikus yang bisa bertahan lama. Negeri ini harus kembali menjadi tempat di mana pejabat dan dewan benar-benar melayani, bukan merampok.
Selamat datang di Negeri Tikus jangan cuma diam. Lihat, soroti, dan tuntut agar para tikus berdasi ini digiring keluar dari panggung kekuasaan.
( ina )
