Oleh: Cecep Anang Hardian
Di negeri ini, korupsi tidak hanya mencuri uang rakyat ia mencuri kewarasan kita dalam bernegara. Setiap kali kasus baru terbongkar, baik di pusat maupun daerah, respons negara selalu sama buat aturan baru, tambah prosedur baru, perketat regulasi. Seolah-olah tumpukan kertas bisa menghentikan tangan-tangan yang sudah lama terbiasa mengambil apa yang bukan haknya.
Padahal, kita tahu; yang bikin aturan adalah orang-orang yang juga harus diawasi oleh aturan itu. Ironi yang berjalan bolak-balik seperti ritual tahunan yang tak pernah putus.
Di daerah, ketika proyek fiktif terbongkar, muncullah peraturan baru tentang standar pengadaan. Di pusat, ketika pejabat kementerian tertangkap OTT, lahir lagi aturan tentang moral, tata kelola, integritas, dan segala istilah teknokratis yang terdengar mulia tetapi tidak pernah benar-benar mengubah apa pun.
Dan pola itu terus berulang.Masalahnya sederhana: aturan yang semakin banyak justru membuka peluang baru untuk diperdagangkan. Bukan rahasia bahwa sebagian pejabat dan calo perizinan menggantungkan hidup dari rumitnya regulasi. Semakin berbelit, semakin mahal “jalan keluarnya”. Semakin rumit, semakin mudah diselewengkan. Semakin padat aturan, semakin bising peluang improvisasi.
Korupsi melahirkan aturan, dan aturan melahirkan celah baru untuk korupsi. Sebuah lingkaran setan yang kita pelihara dengan ketidaktegasan.
Faktanya, negara ini tidak kekurangan regulasi. Kita kekurangan kejujuran. Kita kekurangan teladan. Kita kekurangan nyali untuk menegakkan aturan tanpa tebang pilih. Yang sering hilang bukan pasal, tapi keberanian menindak orang-orang yang kebal hukum.
Selama pejabat yang korup hanya diganti dengan pejabat yang lebih lihai menyembunyikan jejak, selama penindakan lebih heboh dalam headline daripada dalam pengadilan, selama masyarakat dibuat sibuk oleh drama aturan baru tapi tidak pernah melihat perbaikan nyata, maka kita sebenarnya hanya sedang menambah lapisan kertas di atas bangkai yang sama.
Dalam situasi seperti ini, saya percaya satu hal,Korupsi tidak akan selesai dengan aturan baru ia hanya bisa dihentikan oleh karakter baru.Bukan karakter yang memoles citra di depan kamera, tetapi karakter yang berani menolak ruang gelap yang tidak terlihat publik. Karakter yang menolak godaan ketika tidak ada yang menonton. Itu jauh lebih penting daripada ribuan pasal baru.
Selama koruptor hanya diganti oleh generasi yang lebih canggih memodifikasi modus, negara ini akan terus tenggelam dalam kubangan peraturan tanpa arti.
Dan kita, warga yang membayar pajak, hanya bisa bertanya pelan:Untuk siapa sebenarnya semua aturan itu dibuat—untuk rakyat, atau untuk menutupi kejahatan elite?
( red )












