Oleh: Cecep Anang Hardian
KamarBerita.id – Jakarta.
Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Ancol baru-baru ini meninggalkan luka yang dalam. Forum yang seharusnya menjadi ajang konsolidasi dan perbaikan partai Islam tertua di Indonesia itu justru menjadi tontonan publik tentang bagaimana demokrasi di internal partai telah mati suri.
Apa yang kita saksikan? Aklamasi kilat yang dipaksakan. Klaim sepihak tentang legitimasi. Dan yang lebih memalukan, lahirnya dua ketua umum dalam satu partai yang bernama “Persatuan.” Ironis.
PPP, partai yang lahir dari semangat penyatuan umat Islam pada 1973, kini justru menjadi simbol perpecahan. Peristiwa di Ancol membuktikan bahwa elit politik partai lebih sibuk mengamankan kursi ketua umum daripada menjaga marwah partai dan kepercayaan umat. Demokrasi internal diinjak-injak. Suara peserta muktamar yang menuntut transparansi justru dibungkam dengan prosedur instan.
Romahurmuziy bahkan menyebutnya “muktamar dalam kamar”. Kritik yang telak, karena ia menunjukkan bahwa keputusan penting partai diambil secara tertutup, penuh intrik, dan jauh dari semangat keterbukaan. Husnan Bey Fananie pun menegaskan bahwa muktamar cacat prosedur dan mendesak agar digelar ulang.
Pertanyaannya, bagaimana mungkin sebuah partai yang gagal menjaga rumah tangganya sendiri bisa diharapkan memperjuangkan kepentingan bangsa? Jika konflik internal saja tak bisa diselesaikan dengan bermartabat, bagaimana mungkin PPP akan mampu bicara tentang persatuan rakyat?
Sebagai pemerhati, saya melihat bahwa PPP sedang menggali kuburnya sendiri. Publik sudah jenuh dengan partai yang sibuk berebut kursi sementara umat yang mereka klaim wakili ditinggalkan. Jika PPP tidak segera melakukan refleksi dan islah besar-besaran, sejarah hanya akan mencatat mereka sebagai partai yang runtuh karena kerakusan elitnya sendiri.
Hari ini, PPP kehilangan kesempatan emas untuk membuktikan diri sebagai partai Islam yang matang. Yang tersisa hanyalah perpecahan, kekecewaan, dan pertanyaan pahit: masih layakkah PPP disebut Partai Persatuan Pembangunan?
Jika persatuan hanyalah slogan kosong, maka rakyat akan dengan sendirinya menguburkan partai ini di tempat yang paling pantas: kotak suara yang kosong untuk PPP.












