Home / Sosial / Keangkuhan dan tidak kompeten menjadi ancaman kepemimpinan

Keangkuhan dan tidak kompeten menjadi ancaman kepemimpinan

Oleh : Cecep Anang Hardian

Kepemimpinan adalah amanah besar yang tidak hanya ditentukan oleh jabatan, tetapi oleh kualitas moral, intelektual, dan kerendahan hati dalam menjalankan kuasa. Dalam berbagai catatan sejarah, tidak sedikit bangsa besar yang hancur bukan karena kekuatan eksternal, melainkan akibat kepemimpinan yang buruk dari dalam.

Pemimpin yang tidak mampu mengelola kritik dan belajar dari kesalahan akan menjauhkan diri dari realitas. Ketika kesombongan mendikte arah kebijakan, maka kerusakan menjadi tak terhindarkan. Lebih berbahaya lagi jika sikap angkuh itu disertai dengan ketidaktahuan—di mana keputusan strategis lahir bukan dari data, riset, atau pertimbangan ilmiah, melainkan dari insting sempit yang dibungkus ego.

Pengalaman dunia memberikan contoh jelas. Dalam kasus Mussolini dan Khadafi, kita menyaksikan bagaimana kepemimpinan otoriter, tertutup dari kritik, dan gagal memahami dinamika rakyat, berakhir dalam kekacauan. Kita harus memastikan bahwa bangsa ini tidak mengulang pola yang sama.

Dalam konteks demokrasi, masyarakat memiliki peran penting untuk tidak membiarkan kekuasaan berjalan tanpa kontrol. Menjaga kualitas kepemimpinan adalah tugas kolektif: dengan memperkuat pendidikan politik, mendorong keterbukaan informasi, dan merawat budaya kritik yang sehat.

Karena pada akhirnya, masa depan bangsa bukan ditentukan oleh retorika seorang pemimpin, tetapi oleh kualitas keputusan yang ia ambil—dan oleh keberanian rakyat untuk bersuara saat keputusan itu melenceng.

( Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *